ALAT
EKSTRAKSI NIKOTIN TEMBAKAU
Untuk
membuat satu liter cairan nikotin murni, dibutuhkan 20 kilogram daun
tembakau, dengan proses selama 3 jam dengan panas 120 derajat celcius.
Ampas tembakau yang tersisa setelah adanya proses ekstraksi menjadi 19
kilogram.
"Nikotin setelah melalui proses lebih
lanjut dapat dimanfaatkan untuk industri baik untuk campuran obat maupun
campuran minuman suplemen, harganya pun lebih mahal dan pangsa pasar yang
terbuka lebar, 100 mg harganya mencapai 900 ribu,"
katanya. Menurutnya permintaan nikotin cair dari industri
farmasi dan ampas tembakau dari industri rokok di Timur Tengah meningkat.
Untuk ampas tembakau, misalnya industri rokok di Timur Tengah telah
meminta sedikitnya 120 ton atau 6 container yang biasanya digunakan untuh
shisha rokok khas Timur Tengah.
Prof.
Dr. Jumina, PhD dari UGM menambahkan batang dan akar pohon tembakau bisa di
proses untuk diambil nikotinnya. Sehingga tidak mutlak dari daun tembakau.
Harga persatu unit alat ekstrak nikotin rancangan UGM berkisar Rp 25
juta. Ke depan diharapkan bisa dibuat home industri sehingga biayanya
tidak mahal serta bisa membuka peluang kerja.
SOXHLET ALAT EKSTRAKSI LIPID
Metode dengan menggunakan soxhlet ini
dijelaskan oleh Soxhlet pada tahun 1879. Contoh metode yang paling umum
digunakan metode semi-kontinyu diterapkan untuk ekstraksi lipid dari makanan.
Menurut prosedur Soxhlet tersebut, minyak dan lemak dari bahan padat yang
diambil dengan mencuci berulang (perkolasi) dengan organik pelarut, biasanya
heksana atau petroleum eter, di bawah refluks dalam gelas khusus.
Soxhlet
merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk mengekstrak suatu bahan dengan pelarutan
yang berulang-ulang dengan pelarut yang sesuai. Sampel yang akan diekstraksi
ditempatkan dalam suatu timbel yang permeabel terhadap pelarut dan diletakkan
di atas tabung destilasi, dididihkan dan dikondensaasikan di atas sampel.
Kondesat akan jatuh ke dalam timbel dan merendam sampel dan diakumulasi
sekeliling timbel. Setelah sampai batas tertentu, pelarut akan kembali masuk ke
dalam tabung destilasi secara otomastis. Proses ini berulang terus dengan
sendirinya di dalam alat terutama dalam peralatan.
Soxhlet yang
digunakan untuk ekstraksi lipida (Wirakusumah 2007). Soxhletasi merupakan
penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya
masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon
Sampel
yang bisa diperiksa meliputi pemeriksaan lemak,trigliserida,kolesterol.
Dalam metode ini sampel dikeringkan,
digiling menjadi partikel kecil dan ditempatkan dalam sebuah bidal selulosa
berpori. Bidal ditempatkan dalam ruang ekstraksi (2), yang digantung di atas
sebuah labu kimia yang mengandung pelarut (1) dan di bawah kondensor (4). Labu
dipanaskan dan pelarut menguap dan bergerak naik ke kondensor di mana ia diubah
menjadi suatu cairan yang menetes ke ruang ekstraksi yang mengandung sampel.
Ruang ekstraksi dirancang sehingga ketika pelarut sekitarnya sampel melebihi
tingkat tertentu meluap dan menetes kembali ke dalam labu mendidih. Pada akhir
proses ekstraksi, yang berlangsung beberapa jam, labu mengandung pelarut dan
lemak akan dihapus. Dalam beberapa perangkat corong (3) memungkinkan untuk
memulihkan pelarut pada akhir ekstraksi setelah menutup kran antara corong dan
ruang ekstraksi. Pelarut dalam labu (1) kemudian diuapkan dan massa yang
tersisa lipid diukur. Persentase lemak dalam sampel awal kemudian dapat
dihitung.
Meskipun kerugian dari prosedur
(ekstraksi lipid kutub miskin, lama terlibat, volume besar pelarut, pelarut
bahaya mendidih), beberapa metode yang melibatkan ekstraksi pelarut otomatis
digambarkan. Berbagai instrumen ekstraksi otomatis atau semi-otomatis dapat
ditemukan di pasar.
Prinsip
soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya
pendingin balik.
Keuntungan metode ini
adalah :
1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.
2. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
3. Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode
ini :
1. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi
peruraian oleh panas.
2. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
3. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol
atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada
temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode
ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan
tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan
:diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya
akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.